BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejarah
mencatat bahwa yoga sudah dimulai sejak tahun 3000 S.M.sumber paling awal terdapat dalam teks-teks Brahmana yang
merupakan bagian pertama dari kitab Rig-veda. Sumber berikutnya adalah kurun
Upanishad (800-500S.M.) ini adalah masa keemasan bagi teologi dan filsafat
India. Filsafat India kuno mulai dicatat dan dibukukan secara sistematis,
sehingga lahirlah serangkaian teks-teks suci yang disebut Upanisad. Kata
Upanisad memiliki dua arti, pertama “duduk di kaki sang Guru” untuk memperoleh
pengetahuan; kedua “menghilangkan kebodohan sang murid, lewat dibukanya
pengetahuan Realitas tertinggi” (Paratman, Supreme Spirit).
Seperti ditunjukan dalam
difinisinya, teks-teks Upanisad merupakan dialog-dialog filosofis antara para
Rishis, Guru yang sudah tercerahkan dan para murid yang sudah cukup maju.
Banyak teks-teks Upanishad digandengkan dengan bagian Brahmana, karena untuk
menyederhanakan sisi mistis kitabWeda. Namun pengetahuan tertinggi adalah
tentang Yoga masih di ajarkan secara lisan, sehingga kemudian hari banyak yang
hilang. Pada tahun 400. S.M, beberapa aliran filsafat yang masih menyimpan
teks-teks menyusun kembali sehingga menjadi kumpulan literature besar,yang
dikenal sebagai epos-epos heroik, seperti : Mahabharata, Ramayana, dan Purana.
Bhagavad-Gita merupakan dari epos Mahabharata.
Prakerti
dibangun oleh Triguna yaitu sattwam, rajas, dan tamas. Guna arti unsur atau
penyusun tri guna itu tidak bisa diamati dengan indra. Adanya itu disimpulkan atas objek dunia yang
merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan antara akibat dan sebab.
Maka kita dapat kita ketahuai sifat-sifat guna itu dari alam yang merupakan
wujud hasil daripadanya. Semua objek dunia ini mempunyai tiga sifat yaitu
sifat-sifat yang menimbullkan rasa tenang, susah dan netral. Nyanyian
burung yang menyenangkan seorang seniman, menyusahkan orang sakit, tak
berpengaruh apapun untuk orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang acuh.
Sebab semua sifat ini merupakan suatu sebab, maka sifat-sifat itu terkandung
pada sebab itu. Demikian sebab itu terkandung
dalam satwam, rajas dan tamas itu.
Satwam adalah
suatu prakerti yang merupakan alam kesenangan yang ringan, yang tenang
bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran ringan yang menimbulkan gerak keatas .
angin dan air diudara dan semua bentuk kesenangan seperti kepuasan, kegirangan
dan sebagainya. rajas adalah
unsur benda pada benda ini . selalu
bergerak dan menyebabkan benda-benda ini bergerak, ialah menyebabkan api
berkobar, angin merembus , pikiran berkeliaran kesana kemari . ialah
menggerakkan sattwa dan tamas untuk melaksanakan tugasnya. Tamas adalah
unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasif dan bersifat negatif. Ia bersifat
keras, menentang aktifitas menahan gerak pikiran sehingga menimbulkan
kegelapan, kebodohan sehingga mengatur orang pada kebingungan karena menentang
aktifitas menyebabkan orang menjadi malas, acuh tak acuh, dan suka tidur.
Demikian sifat-sifat triguna itu,
maka dalam dunia inipun kita saksikan selalu ada pertentangan dan kerja sama
dalam kesatuan. Ketiga triguna ini selalu bersamaan tidak pernah berpisah satu
sama lainnya.
Ketiga triguna ini barubah terus menerus , ada dua perubahan triguna.
Pada waktu pelayanan masing-masing triguna barubah pada dirinya sendiri, tanpa
mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebut swarupaparinama. Pada waktu
demikian tak mungkin ada ciptaan, karena tidak ada kerja sama antara guna-guna
itu. Namun bila guna menguasai yang lain, maka terjadilah suatu penciptaan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Filsafat Samkhya ?
2. Siapa
pendiri atau pencetus Ajaran Samkhya ?
3. Darimana
Sumber Ajaran Samkhya ?
4. Bagaimana
isi pokok dan pandangan Samkhya terhadap Macrocosmos dan Microcosmos ?
5. Apa
tujuan akhir dari Filsafat Samkhya ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Untuk
menjelaskan tentang pengertian Samkhya.
2. Untuk
menjelaskan tentang pendiri atau pencetus ajaran Samkhya.
3. Untuk
menjelaskan tentang sumber ajaran Samkhya.
4. Untuk
menjelaskan tentang isi pokok serta pandangan Samkhya terhadap Macrocosmos dan
Microcosmos.
5. Untuk
menjelaskan tentang tujuan akhir dari Filsafat Samkhya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Samkhya
Samkhya
adalah salah satu system filsafat India, yang mengakui Veda sebagai otoritas
tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika
dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “sam”
dan “Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya
diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan
bersama-sama. Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana
masing-masing digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan,
sehingga kata Samkhya ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar. Kadangkala system ajaran Samkhya
dikatakan sebagai ajaran yang bersifat atheistic atau Nir Iswara Samkhya
(Samkhya tanpa Tuhan), yaitu suatu ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan,
karena dalam ajaran Samkhya ini sama sekali tidak menyebut-nyebut nama Tuhan,
dengan alasan Tuhan itu sangat sulit untuk bisa dibuktikan keberadaannya. Tapi
ajaran Samkhya jika dilihat dari pengakuannya terhadap otoritas Veda, nyatanya
system ini termasuk ke dalam kelompok Astika yang mengakui Veda sebagai sumber
ajaran kebenaran Hindu. System Samkhya ini tidak menentang Tuhan, hanya saja
Samkhya menunjukkan bahwa Purusa dan Prakerti sudah cukup untuk menjelaskan
alam semesta ini, jadi tidak ada alasan untuk merumuskan tentang keberadaan
Tuhan.
2.2 Pendiri/Penemu/Pencetus Ajaran Samkhya
System
ajaran Samkhya ini dicetuskan oleh Maha Rsi Kapila. Rsi Kapila ini lahir dari
ibu yang bernama Devahuti dan ayahnya adalah Kardama. Dari ibunyalah Rsi Kapila
ini mendapatkan ajaran-ajaran filsafat, dan apa yang menjadi konsep system ini
ditulis dalam sebuah buku Samkhya Sutra. Rsi Kapila sering dipanggil dengan
sebutan Rsi Kapila Muni, dikatakan sebagai Putra Brahma dan Avatara Visnu.
2.3 Sumber/Kitab Ajaran Samkhya
Meskipun
Samkhya kadangkala dikatakan sebagai ajaran yang bersifat atheistic namun
Samkhya menggunakan Veda sebagai otoritas tertingginya. Samkhya menggunakan
Veda sebagai dasar pengembangan kebenaran Hindu. Selain Veda, Samkhya juga
menggunakan Chandogya Upanisad, Prashna Upanisad, Katha Upanisad, dan
Svetasvatara Upanisad. Dan yang tidak kalah penting dalam ajaran Samkhya adalah
Mahabharata yang termuat dalam kitab Bhagawadgita.
2.4 Isi Pokok dan Pandangan Samkhya Terhadap Makrocosmos dan
Mikrocosmos
Samkhya
merupakan suatu kelompok filsafat yang tergolong Astika,dalam ajarannya secara
metafisis mengemukakan pokok-pokok ajaran prakerti, purusa,tri guna,penciptaan
alam semesta dan atheistic.
2.4.1 Prakerti
Samkhya dalam
ajarannya menerima 2 ultimasi,yakni Purusa (spirit) dan Prakerti (Matter),
sebagai 2 asas rohani dan kebendaan, dari 2 asas inilah terciptanya alam
semesta. Prakerti adalah sebab terakhir dari alam semesta sebab prakerti
merupakan awal dari semua yang ada dalam alam semesta ini, maka prakerti harus
bersifat kekal dan abadi. Karena tidak mungkin yang tidak kekal menjadi sebab
pertama dari semua yang ada pada alam semesta ini. Dalam bahasa sansekerta
prakerti berasal dari urat kata “pra” yang berarti sebelum atau pertama dan
akar kata “kr” yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi Prakerti diartikan
sebagai yang ada sebelum segala sesuatunya dihasilkan / disebabkan, sumber
pertama dari semua benda, bahan asal darimana semua benda menyebar dan ke dalam
mana semua benda pada akhirnya akan kembali.
2.4.2 Purusa
Purusa
merupakan jenis kesadaran tertinggi. Samkhya menyebut purusa sama dengan roh
/jiwa. Purusa ini bersifat tak terikat yang meresapi segala yang abadi. Teori
Samkhya menyatakan bahwa roh itu ada karena ia menjelma, ketidakadaan roh tidak
dapat dinyatakan dengan apapun juga. Roh itu berbeda dengan indria, pikiran,
dan akal.roh bersifat langgeng, tanpa
sebab menyusupi segala namun bebas dari segala ikatan dan pengaruh dunia.
2.4.3 Tri Guna
Agama Hindu
mengajarkan adanya Tri Guna yang terdiri atas Sattvam, Rajas, dan Tamas.
Sattvam bersal dari kata “sat” yang berarti benar dan “tva” yang berarti
mempunyai sifat. Jadi Sattva berarti sifat yang benar, yang dimaksudkandalam
pernyataan ini adalah sifat ringan bagi benda, dan baik bagi makhlik
hidup(manusia). Sattva adalah hakekat segala sesuatu yang memiliki sifat-sifat
terang yang menerangi. Rajas merupakan aktivitas yang dinyatakan sebagai raga-dvesa
yakni suka atau tidak suka, cinta atau benci, menarik atau memuakkan.
Rajas adalah unsure yang menggerakkan guna sattva dan guna tamas. Tamas berasal
dari kata “tam” yang berarti susah atau gelap. Dalam hal ini, tamas berarti
sifat yang menyebabkan semua makhluk berdiam dalam kegelapan atau kemalasan.
2.4.4 Penciptaan alam semesta
Sebagai suatu
pandangan dan istilah umum, darsana dipergunakan untuk menunjuk system filsafat
india, yang terbagi atas 2 kelompok yaitu: Astika dan Nastika. Secara
metafisis, prakerti hanya bergantung pada aktifitas dari unsure pokok gunanya
sendiri. Ia terbentuk dari 3 guna yang tidak pernah terpisah, saling menunjang
satu sama lain, dan saling bercampur. Prakerti mengalami perkembangan apabila
berhubungan dengan purusa. Melalui perhubungan ini, prakerti dipengaruhi oleh
purusa seperti halnya anggota badan kita dapat bergerak karena hadirnya
pikiran.
Evolusi alam
semesta tidak akan terjadi hanya karena purusa juga tidak terjadi hanya karena
prakerti, tapi pertemuan kedua unsur tersebutlah yang menyebabkan alam semesta
beserta isinya dapat terjadi. Dari hubungan purusa dan prakerti timbulah mahat
atau budhi,yang nantinya menimbulkan ahamkara, yaitu asas individual, yaitu
asas yang menimbulkan induvidu-individu. Dengan ahamkara diri akan merasa
dirinya yang bertindak yang berkeinginan, dan yang memiliki. Setelah ahamkara
berkembang, prakerti menuju 2 jurusan yaitu, jurusan yang bersifat kejiwaan dan
jurusan jasmani. Perkembangan kejiwaan yang kedua adalah panca jnani indria
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sedangkan
perkembangan kejiwaan yang ketiga adalah panca karmendria yaitu indria untuk
berbuat yang terdiri dari daya berbicara, daya untuk memegang, daya untuk
berjalan, daya untuk membuang kotoran dan daya untuk mengeluarkan sperma.
Perkembangan
jasmani atau fisik menghasilkan asas dunia yang ada diluar manusia, yang
disebut panca tan mantra( sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa, dan bau
).dari benih suara timbullah akasa (ether)dari gabungan benih sentuhan dan
suara terjadilah udara, dari gabungan benih warna, suara, dan sentuhan
terjadilah cahaya atau api, dari benih suara,sentuhan, dan warna terjadilah air
dan dari benih baud an empar tan mantra yang lain terjadilah bumi (pertiwi).
Dari anasir kasar itu berkembanglah alam semesta beserta isinya, namun
perkembangan ini tidak menimbulkan asas-asas baru lagi seperti perkembangan
mahat. Terbentukjnya alam semesta tidaklah sempurna sampai disitu sebab ia
memerlukan satu asas lagi yaitu roh. Perkembangan prakerti menjadi alam semesta
merupakan perkembangan yang terakhir.
2.4.5 Atheistik
Masalah
ketuhanan menurut pandangan samkya sangat bertentangan dengan tradisi yang ada
dalam masyarakat india. Filosof berpandangan bahwa samkhya menganut theisme
atau atheism. Samkya menjadi atheistic karena pengaruh materialisme, jainisme
dan budhisme. System ini tidak membangun ketidakadaan tuhan ia hanya
menunjukkan bahwa purusa dan prakerti sudah cukup untuk menjelaskan alam semesta
tanpa harus merumuskam hipotesa tentang keberadaan tuhan.
2.5 Tujuan Akhir Ajaran Samkhya
Menurut ajaran Samkhya
ada tiga sumber pengetahuan yang benar (Tri Pramana). yaitu Pratyaksa
(pengamatan langsung), Anumana (didasarkan atas kesimpulan), dan Sabda pramana
(pernyataan). Tentang pengetahuan yangdidapat atas dasar Sabda dapat dibagi dua
yaitu Laukika = kesaksian yang diberikan oleh orang yang dapat
dipercaya; Waidika = kesaksian Weda. Di dalam etika Samkhya tidak membedakan seseorang atas golongannya
untuk mempelajari kitab suci Weda. Setiap orang dianjurkan untuk mengendalikan
pikiran agar terjadi keseimbangan di dalam dirinya sendiri dan lingkungannya.
Menurut Samkhya pribadi yang tampak bukanlah pribadi yang sebenarnya
melainkan khayalan, pribadi yang sesungguhnya adalah purusa atau roh itu
sendiri.
Terlepas
dari uraian diatas, tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah
kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut menyadari
bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseorang
belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya
ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelepasan
adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan
perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan
demikian samkhya menekankan pada jalan jnana dalam wujud wiweka dan
kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Samkhya adalah salah
satu system filsafat India, yang mengakui Veda sebagai otoritas tertinggi. Oleh
sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika dilihat dari
bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “sam” dan “Khya”.
Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya diartikan sebagai
bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-sama. Kata
Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana masing-masing digunakan dalam
pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya
ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar
Terlepas
dari uraian diatas, tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah
kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut menyadari
bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila
seseorang belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan,
akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai
kelepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus
menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap
semua makhluk. Dengan demikian samkhya menekankan pada jalan jnana dalam wujud
wiweka dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.
3.2 Saran
Sebagai Umat Hindu yang menjunjung
nilai Religius, kita seharusnya mampu merealisasikan ajaran-ajaran yang
tertuang dalam Veda, termasuk ajaran Samkhya. Ajaran Samhkya memberikan
pengaruh yang positif kepada kita semua untuk mencapai yang namanya kelepasan .
Dengan mempelajari dan merealisasikan ajaran Samkhya, kita dapat meningkatkan
kualitas hidup terutama meningkatkan Sradha kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Matius, Filsafat
India Sebuah Pengantar Hindu dan Buddisme , Tangerang: Sanggar Luxor, 2010
AdiPutra Gede Rudia, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan dharma sarathi, 1990
Hadiwijono, Harun, Sari
Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985.
Seregig
I ketut, Nawa Darsana . Suabaya :
Paramita , 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar