Kamis, 22 Januari 2015

Filsafat Samkhya



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang                
            Sejarah mencatat bahwa yoga sudah dimulai sejak tahun 3000 S.M.sumber paling awal  terdapat dalam teks-teks Brahmana yang merupakan bagian pertama dari kitab Rig-veda. Sumber berikutnya adalah kurun Upanishad (800-500S.M.) ini adalah masa keemasan bagi teologi dan filsafat India. Filsafat India kuno mulai dicatat dan dibukukan secara sistematis, sehingga lahirlah serangkaian teks-teks suci yang disebut Upanisad. Kata Upanisad memiliki dua arti, pertama “duduk di kaki sang Guru” untuk memperoleh pengetahuan; kedua “menghilangkan kebodohan sang murid, lewat dibukanya pengetahuan Realitas tertinggi” (Paratman, Supreme Spirit).
Seperti ditunjukan dalam difinisinya, teks-teks Upanisad merupakan dialog-dialog filosofis antara para Rishis, Guru yang sudah tercerahkan dan para murid yang sudah cukup maju. Banyak teks-teks Upanishad digandengkan dengan bagian Brahmana, karena untuk menyederhanakan sisi mistis kitabWeda. Namun pengetahuan tertinggi adalah tentang Yoga masih di ajarkan secara lisan, sehingga kemudian hari banyak yang hilang. Pada tahun 400. S.M, beberapa aliran filsafat yang masih menyimpan teks-teks menyusun kembali sehingga menjadi kumpulan literature besar,yang dikenal sebagai epos-epos heroik, seperti : Mahabharata, Ramayana, dan Purana. Bhagavad-Gita merupakan dari epos Mahabharata.
            Prakerti dibangun oleh Triguna yaitu sattwam, rajas, dan tamas. Guna arti unsur atau penyusun tri guna itu tidak bisa diamati dengan indra.  Adanya itu disimpulkan atas objek dunia yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan antara akibat dan sebab. Maka kita dapat kita ketahuai sifat-sifat guna itu dari alam yang merupakan wujud hasil daripadanya. Semua objek dunia ini mempunyai tiga sifat yaitu sifat-sifat yang menimbullkan rasa tenang, susah dan netral. Nyanyian burung yang menyenangkan seorang seniman, menyusahkan orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang acuh. Sebab semua sifat ini merupakan suatu sebab, maka sifat-sifat itu terkandung pada sebab itu. Demikian sebab itu terkandung  dalam satwam, rajas dan tamas itu.

Satwam adalah suatu prakerti yang merupakan alam kesenangan yang ringan, yang tenang bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran ringan yang menimbulkan gerak keatas . angin dan air diudara dan semua bentuk kesenangan seperti kepuasan, kegirangan dan sebagainya. rajas adalah unsur benda pada benda ini .  selalu bergerak dan menyebabkan benda-benda ini bergerak, ialah menyebabkan api berkobar, angin merembus , pikiran berkeliaran kesana kemari . ialah menggerakkan sattwa dan tamas untuk melaksanakan tugasnya. Tamas adalah unsur yang menyebabkan sesuatu menjadi pasif dan bersifat negatif. Ia bersifat keras, menentang aktifitas menahan gerak pikiran sehingga menimbulkan kegelapan, kebodohan sehingga mengatur orang pada kebingungan karena menentang aktifitas menyebabkan orang menjadi malas, acuh tak acuh, dan suka tidur.
Demikian sifat-sifat triguna itu, maka dalam dunia inipun kita saksikan selalu ada pertentangan dan kerja sama dalam kesatuan. Ketiga triguna ini selalu bersamaan tidak pernah berpisah satu sama lainnya. Ketiga triguna ini barubah terus menerus , ada dua perubahan triguna. Pada waktu pelayanan masing-masing triguna barubah pada dirinya sendiri, tanpa mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebut swarupaparinama. Pada waktu demikian tak mungkin ada ciptaan, karena tidak ada kerja sama antara guna-guna itu. Namun bila guna menguasai yang lain, maka terjadilah suatu penciptaan.








1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Filsafat Samkhya ?
2.      Siapa pendiri atau pencetus Ajaran Samkhya ?
3.      Darimana Sumber Ajaran Samkhya ?
4.      Bagaimana isi pokok dan pandangan Samkhya terhadap Macrocosmos dan Microcosmos ?
5.      Apa tujuan akhir dari Filsafat Samkhya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk menjelaskan tentang pengertian Samkhya.
2.      Untuk menjelaskan tentang pendiri atau pencetus ajaran Samkhya.
3.      Untuk menjelaskan tentang sumber ajaran Samkhya.
4.      Untuk menjelaskan tentang isi pokok serta pandangan Samkhya terhadap Macrocosmos dan Microcosmos.
5.      Untuk menjelaskan tentang tujuan akhir dari Filsafat Samkhya.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Samkhya
            Samkhya adalah salah satu system filsafat India, yang mengakui Veda sebagai otoritas tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “sam” dan “Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-sama. Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana masing-masing digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar.        Kadangkala system ajaran Samkhya dikatakan sebagai ajaran yang bersifat atheistic atau Nir Iswara Samkhya (Samkhya tanpa Tuhan), yaitu suatu ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan, karena dalam ajaran Samkhya ini sama sekali tidak menyebut-nyebut nama Tuhan, dengan alasan Tuhan itu sangat sulit untuk bisa dibuktikan keberadaannya. Tapi ajaran Samkhya jika dilihat dari pengakuannya terhadap otoritas Veda, nyatanya system ini termasuk ke dalam kelompok Astika yang mengakui Veda sebagai sumber ajaran kebenaran Hindu. System Samkhya ini tidak menentang Tuhan, hanya saja Samkhya menunjukkan bahwa Purusa dan Prakerti sudah cukup untuk menjelaskan alam semesta ini, jadi tidak ada alasan untuk merumuskan tentang keberadaan Tuhan.
2.2  Pendiri/Penemu/Pencetus Ajaran Samkhya
            System ajaran Samkhya ini dicetuskan oleh Maha Rsi Kapila. Rsi Kapila ini lahir dari ibu yang bernama Devahuti dan ayahnya adalah Kardama. Dari ibunyalah Rsi Kapila ini mendapatkan ajaran-ajaran filsafat, dan apa yang menjadi konsep system ini ditulis dalam sebuah buku Samkhya Sutra. Rsi Kapila sering dipanggil dengan sebutan Rsi Kapila Muni, dikatakan sebagai Putra Brahma dan Avatara Visnu.


2.3  Sumber/Kitab Ajaran Samkhya
            Meskipun Samkhya kadangkala dikatakan sebagai ajaran yang bersifat atheistic namun Samkhya menggunakan Veda sebagai otoritas tertingginya. Samkhya menggunakan Veda sebagai dasar pengembangan kebenaran Hindu. Selain Veda, Samkhya juga menggunakan Chandogya Upanisad, Prashna Upanisad, Katha Upanisad, dan Svetasvatara Upanisad. Dan yang tidak kalah penting dalam ajaran Samkhya adalah Mahabharata yang termuat dalam kitab Bhagawadgita.
2.4  Isi Pokok dan Pandangan Samkhya Terhadap Makrocosmos dan Mikrocosmos
            Samkhya merupakan suatu kelompok filsafat yang tergolong Astika,dalam ajarannya secara metafisis mengemukakan pokok-pokok ajaran prakerti, purusa,tri guna,penciptaan alam semesta dan atheistic.
2.4.1 Prakerti
Samkhya dalam ajarannya menerima 2 ultimasi,yakni Purusa (spirit) dan Prakerti (Matter), sebagai 2 asas rohani dan kebendaan, dari 2 asas inilah terciptanya alam semesta. Prakerti adalah sebab terakhir dari alam semesta sebab prakerti merupakan awal dari semua yang ada dalam alam semesta ini, maka prakerti harus bersifat kekal dan abadi. Karena tidak mungkin yang tidak kekal menjadi sebab pertama dari semua yang ada pada alam semesta ini. Dalam bahasa sansekerta prakerti berasal dari urat kata “pra” yang berarti sebelum atau pertama dan akar kata “kr” yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi Prakerti diartikan sebagai yang ada sebelum segala sesuatunya dihasilkan / disebabkan, sumber pertama dari semua benda, bahan asal darimana semua benda menyebar dan ke dalam mana  semua benda pada akhirnya akan kembali.



2.4.2  Purusa
Purusa merupakan jenis kesadaran tertinggi. Samkhya menyebut purusa sama dengan roh /jiwa. Purusa ini bersifat tak terikat yang meresapi segala yang abadi. Teori Samkhya menyatakan bahwa roh itu ada karena ia menjelma, ketidakadaan roh tidak dapat dinyatakan dengan apapun juga. Roh itu berbeda dengan indria, pikiran, dan akal.roh bersifat langgeng, tanpa sebab menyusupi segala namun bebas dari segala ikatan dan pengaruh dunia.
2.4.3 Tri Guna
Agama Hindu mengajarkan adanya Tri Guna yang terdiri atas Sattvam, Rajas, dan Tamas. Sattvam bersal dari kata “sat” yang berarti benar dan “tva” yang berarti mempunyai sifat. Jadi Sattva berarti sifat yang benar, yang dimaksudkandalam pernyataan ini adalah sifat ringan bagi benda, dan baik bagi makhlik hidup(manusia). Sattva adalah hakekat segala sesuatu yang memiliki sifat-sifat terang yang menerangi. Rajas merupakan aktivitas yang dinyatakan sebagai raga-dvesa yakni suka atau tidak suka, cinta atau benci, menarik atau memuakkan. Rajas adalah unsure yang menggerakkan guna sattva dan guna tamas. Tamas berasal dari kata “tam” yang berarti susah atau gelap. Dalam hal ini, tamas berarti sifat yang menyebabkan semua makhluk berdiam dalam kegelapan atau kemalasan.
2.4.4  Penciptaan alam semesta
Sebagai suatu pandangan dan istilah umum, darsana dipergunakan untuk menunjuk system filsafat india, yang terbagi atas 2 kelompok yaitu: Astika dan Nastika. Secara metafisis, prakerti hanya bergantung pada aktifitas dari unsure pokok gunanya sendiri. Ia terbentuk dari 3 guna yang tidak pernah terpisah, saling menunjang satu sama lain, dan saling bercampur. Prakerti mengalami perkembangan apabila berhubungan dengan purusa. Melalui perhubungan ini, prakerti dipengaruhi oleh purusa seperti halnya anggota badan kita dapat bergerak karena hadirnya pikiran.
Evolusi alam semesta tidak akan terjadi hanya karena purusa juga tidak terjadi hanya karena prakerti, tapi pertemuan kedua unsur tersebutlah yang menyebabkan alam semesta beserta isinya dapat terjadi. Dari hubungan purusa dan prakerti timbulah mahat atau budhi,yang nantinya menimbulkan ahamkara, yaitu asas individual, yaitu asas yang menimbulkan induvidu-individu. Dengan ahamkara diri akan merasa dirinya yang bertindak yang berkeinginan, dan yang memiliki. Setelah ahamkara berkembang, prakerti menuju 2 jurusan yaitu, jurusan yang bersifat kejiwaan dan jurusan jasmani. Perkembangan kejiwaan yang kedua adalah panca jnani indria yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sedangkan perkembangan kejiwaan yang ketiga adalah panca karmendria yaitu indria untuk berbuat yang terdiri dari daya berbicara, daya untuk memegang, daya untuk berjalan, daya untuk membuang kotoran dan daya untuk mengeluarkan sperma.
Perkembangan jasmani atau fisik menghasilkan asas dunia yang ada diluar manusia, yang disebut panca tan mantra( sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa, dan bau ).dari benih suara timbullah akasa (ether)dari gabungan benih sentuhan dan suara terjadilah udara, dari gabungan benih warna, suara, dan sentuhan terjadilah cahaya atau api, dari benih suara,sentuhan, dan warna terjadilah air dan dari benih baud an empar tan mantra yang lain terjadilah bumi (pertiwi). Dari anasir kasar itu berkembanglah alam semesta beserta isinya, namun perkembangan ini tidak menimbulkan asas-asas baru lagi seperti perkembangan mahat. Terbentukjnya alam semesta tidaklah sempurna sampai disitu sebab ia memerlukan satu asas lagi yaitu roh. Perkembangan prakerti menjadi alam semesta merupakan perkembangan yang terakhir.




 2.4.5  Atheistik
Masalah ketuhanan menurut pandangan samkya sangat bertentangan dengan tradisi yang ada dalam masyarakat india. Filosof berpandangan bahwa samkhya menganut theisme atau atheism. Samkya menjadi atheistic karena pengaruh materialisme, jainisme dan budhisme. System ini tidak membangun ketidakadaan tuhan ia hanya menunjukkan bahwa purusa dan prakerti sudah cukup untuk menjelaskan alam semesta tanpa harus merumuskam hipotesa tentang keberadaan tuhan.
2.5  Tujuan Akhir Ajaran Samkhya
Menurut ajaran Samkhya ada tiga sumber pengetahuan yang benar (Tri Pramana). yaitu Pratyaksa (pengamatan langsung), Anumana (didasarkan atas kesimpulan), dan Sabda pramana (pernyataan). Tentang pengetahuan yangdidapat atas dasar Sabda dapat dibagi dua yaitu Laukika = kesaksian yang diberikan oleh orang yang dapat dipercaya; Waidika = kesaksian Weda. Di dalam etika Samkhya tidak membedakan seseorang atas golongannya untuk mempelajari kitab suci Weda. Setiap orang dianjurkan untuk mengendalikan pikiran agar terjadi keseimbangan di dalam dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut Samkhya pribadi yang tampak bukanlah pribadi yang sebenarnya melainkan khayalan, pribadi yang sesungguhnya adalah purusa atau roh itu sendiri.
Terlepas dari uraian diatas, tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseorang belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan demikian samkhya menekankan pada jalan jnana dalam wujud wiweka dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Samkhya adalah salah satu system filsafat India, yang mengakui Veda sebagai otoritas tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “sam” dan “Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-sama. Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana masing-masing digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar
Terlepas dari uraian diatas, tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseorang belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan demikian samkhya menekankan pada jalan jnana dalam wujud wiweka dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.

3.2 Saran
            Sebagai Umat Hindu yang menjunjung nilai Religius, kita seharusnya mampu merealisasikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam Veda, termasuk ajaran Samkhya. Ajaran Samhkya memberikan pengaruh yang positif kepada kita semua untuk mencapai yang namanya kelepasan . Dengan mempelajari dan merealisasikan ajaran Samkhya, kita dapat meningkatkan kualitas hidup terutama meningkatkan Sradha kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.





DAFTAR PUSTAKA

Ali Matius, Filsafat India Sebuah Pengantar Hindu dan Buddisme , Tangerang: Sanggar Luxor, 2010
AdiPutra Gede Rudia, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan dharma sarathi, 1990
Hadiwijono, Harun, Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985.
Seregig I ketut, Nawa Darsana . Suabaya : Paramita , 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar