BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Istilah
pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para
siswanya. Tentunya seorang guru harus memahami teori-teori pembelajaran serta
media pembelajaran untuk menunjang pembelajaran yang optimal. Kegiatan
pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada
para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara
aktif mengalami sendiri proses belajar. Apabila proses belajar itu
diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan
untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan
efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam
upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan
alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan
membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum
tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar ?
2.
Apa saja macam-macam Teori Belajar ?
3.
Apa yang dimaksud dengan Media Belajar?
4. Apa saja
yang termasuk Media Belajar?
5. Bagaimana
hubungan Teori Belajar dengan Media Belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
menjelaskan tentang pengertian Teori Belajar.
2.
Untuk menjelaskan tentang macam-macam Teori Belajar.
3.
Untuk menjelaskan tentang pengertian Media Belajar.
4.
Untuk menjelaskan tentang macam-macam Media Belajar.
5.
Untuk menjelaskan tentang hubungan Teori Belajar dengan Media Belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Selain itu Belajar merupakan proses manusia untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai
sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan
manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya.
Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi
individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara
terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya.
Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam
mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Pengertian
belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja.
Penjelasan tentang apa yang terjadi
merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu
proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar
dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam
merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan.
Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu
Behaviorisme, Kognitivisme, dan
Konstruktivisme. Selain itu ada juga tentang teori
belajar Humanisme . Pada dasarnya
teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian,
gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk
yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk
kita pahami adalah teori mana yang
baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk
kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.2 Macam-Macam Teori Belajar
2.2.1
Teori
Belajar Behaviorisme
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Menurut
aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan
tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.
Adapun
prinsip – prinsip teori pembelajaran perilaku antara lain :
1.
Perlu diberikan penguatan untuk
meningkatkan motivasi belajar.
2.
Pemberian penguatan bisa berupa penguat
sosial (pujian), aktivitas
(mainan) dan simbolik (uang, nilai).
3.
Hukuman dapat digunakan sebagai alat
pembelajaran tapi perlu hati-hati.
4.
Perilaku belajar yang segera diikuti
konsekuensi akan lebih berpengaruh.
5.
Pendidik dikatakan telah melakukan
pembentukan bila memberikan
penguatan dalam pengajarannya.
Secara umum
penerapan fisik belajar perilaku tampak dalam langkah-langkah pembelajaran
berikut :
1.
Menentukan tujuan intruksional
2. Mengalisis
lingkungan kelas termasuk identifikasi entry behavior peserta didik
3. Menentukan
materi pelajaran
4. Memecahkan
materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil
5. Menyajikan
materi pembelajaran
6. Memberikan
stimulus yang mungkin berupa pertanyaan, latihan dan tugas-tugas
7. Mengamati
dan mengkaji respon peserta didik
8. Memberikan
penguatan mungkin positif atau negatif
9. Memberikan stimulus
baru
2.2.2
Teori
Belajar Kognitivisme
Menjelang berakhirnya tahun 1950-an banyak muncul
kritik terhadap behaviorisme. Banyak keterbatasan
dari behaviorisme dalam menjelaskan berbagai
masalah yang berkaitan dengan belajar.
Banyak pakar psikologi waktu itu yang berpendapat
behaviorisme terlalu fokus pada respons dari suatu stimulus dan perubahan
perilaku yang dapat diamati.
Kognitivisme mengalihkan perhatiannya pada “otak”. Mereka berpendapat bagaimana manusia
memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar. Akhirnya
proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru mereka. Kognitivisme
tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme,
namun lebih cenderung perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi
keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi kognitif
modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks,
termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.
Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk
representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian.
Pengembangan
konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran
psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya yaitu: Piaget,
Bruner dan Ausuble.
2.2.2.1 Prinsip
Pembelajaran Menurut Jean Piaget
Tiga prinsip utama pembelajaran yang
dikemukakan antara lain:
1.
Belajar aktif
Proses
pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam
subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu
diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri,
misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol; mengajukan
pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri
dengan penemuan temannya.
2.
Belajar lewat interaksi sosial
Dalam
belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di
antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya
maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka.
Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya.
Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini
memperkuat pendapat dari JL. Mursell.
3.
Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan
menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih
baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat
penting untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan
pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung mengarah ke
verbalisme.
2.2.2.2
Prinsip Pembelajaran Menurut Brunner
Brunner
menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan
yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu,
intuisi, dan cara membangkitkan motivasi belajar. Maka dalam pengajaran di
sekolah Brunner mengaukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup:
1. Pengalaman-pengalaman
optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran
dari segi siswa adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam hal mencari
alternative pemecahan masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui
penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas,
pemeliharaan dan pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan
pengalaman-pengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan
pengalaman-pengalaman yang positif. Karena itulah diperlukan arahan dari guru
agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan. Maka guru harus memberikan
kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh pengalaman optimal dalam proses
belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
2.
Penstrukturan pengetahuan untuk
pemahaman optimal
Pembelajaran
hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang
dipelajari anak-anak. Struktur pengetahuan memiliki tiga ciri dan setiap ciri
itu, mempengaruhi kemampuan untuk menguasainya.ketiga cara itu ialah :
penyajian, ekonomi dan kuasa (Dahar ; 1996 )
3.
Penyajian (mode of representation )
Penyajian
dilakukan dengan cara enaktif,ikonik dan simbolik. Cara pnyajian enaktif adalah
melalui tindakan, jadi bersifat manipulatife. Dengan cara enaktif seseorang
mengetahuai suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata
dan didasarkan pada belajar tentang respon-respon dan bemtuk-bentuk kebiasaan.
2.2.2.3
Prinsip Pembelajaran menurut David Ausuble
David
Ausuble mengemukakan tentang belajar bermakna (meaningful learning). Belajar
bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang
relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Prasyarat belajar
bermakna adalah: materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial dan anak
yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Empat prinsip
pembelajaran, antara lain:
1. Pengatur
Awal/ kerangka cantolan(Advance Organizer)
Pengatur
awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep
lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal
yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi pelajaran,
terutama materi pelajaran yang mempunyai struktur yang teratur. Pada saat
mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok bahasan sebaiknya
“pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2.
Diferensiasi Progresif
Di dalam
proses belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep.
Caranya unsure yang paling umum dan inklusif diperkenalkan lebih dahulu
kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke
khusus.
3.
Belajar Superordinat
Belajar
superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah
deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep
dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlanjut
hingga suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi
bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari
suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
4.
Penyesuaian Integratif
Pada suatu
saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama
konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama
diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu,
Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya,
materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan
hierarki-hierarki konseptual ke atas dan bawah selama informasi disajikan.
2.2.3
Teori
Belajar Kontruktivisme
Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus
tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif
dan sosial.. Konstruktivisme sosial bisa dipandang sebagai perpaduan antara
aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah
Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam
model ini, "siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya
air mengalir melalui saringan namun membiarkan mereka membentuk dirinya."
Dalam perkembangannya muncullah istilah Teori Belajar Sosial dari para pakar
pendidikan.
Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar
melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak
melakukan riset teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.
Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih
merupakan tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar
apa yang ia ketahui melalui observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan
berbeda dari classical dan operant conditioning karena tidak membutuhkan
pengalaman personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali, maupun
hukuman. Belajar melalui pengamatan secara sederhana melibatkan
pengamatan perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian meniru
perilaku model tersebut.
Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan
imitasi (peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial,
kebiasaan, ketakutan, dan banyak perilaku lain dengan mengamati orang tuanya
atau anak yang lebih dewasa. Banyak orang belajar akademik, atletik, dan
keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian menirukan gueunya. Menurut
psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi
tentang belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang
penting dalam perkembangan kepribadian anak. Bandura menemukan
bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti keindustrian,
keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari
meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.
Psikolog pada suatu saat pernah berpikir bahwa hanya manusia yang dapat
belajar melalui pengamatan. Mereka sekarang memahami
bahwa banyak jenis binatang— termasuk burung, kucing, anjing, binatang pengerat,
dan primata dapat belajar melalui
pengamatan terhadap anggota lain dari spesies yang sama. Binatang yang kecil
dapat belajar tentang sesuatu yang bisa dimakan, ketakutan, dan keterampilan
untuk bertahan hidup melalui pengamatannya terhadap induknya atau bapaknya.
Hewan yang sudah dewasa dapat belajar perilaku
baru atau solusi dari masalah sederhana melalui pengamatannya terhadap
hewan lain.
2.2.4 Teori
Belajar Humanisme
Pendidikan humanisme
sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Aliran ini
mempunyai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia agar manusia mampu
mengaktualisasi diri sebaik-baiknya. Aliran humanistik tidak mempunyai teori
belajar khusus, tetapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori yang
sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai.
Bentuk
pembelajaran melalui pendekatan humanistik adalah bahwa peserta didik dituntut
untuk selalu memotivasi diri. Untuk mencapai ke arah itu kegiatan belajar
hendaknya mendorong peserta didik untuk belajar cara-cara belajar dan menilai
belajarnya sendiri. Program pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan
humanistik umumnya menggunakan kegiatan terbuka di mana peserta didik harus
menemukan informasi, membuat keputusan, memecahkan masalah dan membuat produk
sendiri. Dalam pendidikan humanistik, peserta didik tidak memiliki tempat duduk
yang tetap seperti halnya pendidikan konvensional. Peserta didik dapat belajar
mandiri atau belajar dengan kelompok.
2.3 Media Belajar
Istilah
media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs
mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi
proses belajar.
Media
pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi
alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar
ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media
belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar
kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik,
maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan
guru.
Ada dua
fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui. Fungsi pertama media
adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi kedua adalah sebagai media
sumber belajar.
Kedua fungsi
utama tersebut dapat ditelaah dalam ulasan di bawah ini:
1.
Media pembelajaran sebagai alat
bantu dalam pembelajaran.
Tentunya
kita tahu bahwa setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain
pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media
pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe,
grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang
tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar
menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin
terasa apabila materi ajar tersebut abstrak dan rumit/kompleks.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
2.
Media pembelajaran sebagai sumber
belajar .
Sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan
pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media
massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah
satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman
materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa
2.4 Macam-Macam Media Belajar
Media
pembelajaran merupakan komponen intruksional yang melliputi pesan, orang, dan
peralatan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau informasi pesan. Dalam perkembangannya
media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut,
media pembelajaran dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu:
2.4.1
Media Hasil
Teknologi
Teknologi
cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan
materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau
photografis. Kelompok media hasil teknologi cetak antara lain: teks, grafik,
foto atau representasi fotografik. Ada karakteristik media hasil cetak:
a. Teks dibaca secara linear
a. Teks dibaca secara linear
b. Menampilkan
komonikasi secara satu arah dan reseptif
c. Ditampilkan
secara statis atau diam
d. Pengembangannya
sangat tergantung kepada prinsip-prinsip pembahasan
e. Berorientasi atau berpusat pada siswa. Pendekatan
yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan
pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara individual. Sedang lembaga pendidikan
dan para pengajar berfungsi dan berperan sebagai penunjang saja. Sistem
pendekatan yang berorientasi pada siswa ini didesainsedemikian rupa. Sehingga
siswa dapat belajar dengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa dapat
membenntuk gaya belajarnya masing-masing. Dalam hal ini guru dan lembaga berperan
sebagai penunjang, fasilitator dan semangat pada siswa yang sedangbelajar.
f. Informasi dapat diatur atau ditata ulang
oleh pemakai.
2.4.2 Media Hasil Teknologi
Audio-Visual
Teknologi
audio-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual
penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar.
penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar.
Dalam media
hasil teknologi audio – visual memiliki
karakteristik antara lain :
a.
Bersifat linear
b.
Menyajikan visual yang dinamis
c.
Digunakan dengan cara yang telah
ditentukan sebelumnya oleh perancang
d.
Merupakan representasi fisik dari
gagasan real atau abstrak
e.
Dikembangkan menurut prinsip
psikologis behaviorisme dan kognitif
f.
Berorientasi pada guru. Pendekatan
yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang
konfensional dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh
oleh para guru dan staff lembaga penndidikan. Dalam sistem ini guru
mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam
beberapa macam bentuk silabus. Biasanya pembelajaran berlangsung dan selesai
dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode mengajar yang dipakai tidak
beragam bentuknya, biasanya menggunakan metode ceramah dengan pertemuan tatap
muka (face to face)
2.4.3. Media Hasil Teknologi yang berdasarkan Computer
Teknologi
berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan sumber-sumber yang berbasis micro-prosesor. Berbagai aplikasi
teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai computer
assisted instruction. Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan
tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial, penyajian materi secara bertahap,
drills end practice latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah
dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi (latihan untuk mengaplikaskan
pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari dan basis data (sumber yang
dapat membantu siswa menambah informasi dan pengetahuan sesuai dengan keinginan
masing-masing ).
Ada beberapa
karakteristik media hasil teknologi yang berdasarkan computer yaitu sebagai
berikut :
a.
Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial
atau secara linear.
b.
Dapat digunakan sesuai keinginan
siswa atau perancang.
c.
Gagasan disajikan dalam gaya abstrak
dengan simbol dan grafik
d.
Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk
mengembangkan media ini
e.
Beroriatasi pada siswa dan
melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi
2.4.4 Media Hasil Gabungan Teknologi Cetak dan Teknologi Computer
Teknologi
gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang
menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer.
Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random akses memori
yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan
pararel (alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat keras untuk
bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
Ada beberapa
karakteristik media hasil teknologi cetak dan teknologi komputer antara lain :
a.
Dapat digunakan secara acak,
sekuensial, linear.
b.
Dapat digunakan sesuai keinginan
siswa, bukan saja dengan direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya.
c.
Gagasan disajikan secara realistik
sesuai dengan pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa dan
dibawah pengendalian siswa.
d.
Prinsip ilmu kognitif dan
konstruktivisme ditetapkan dalam pengembangan dan penggunaan pelajaran.
e.
Pembelajaran ditata dan terpusat
pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pengetahuan itu
digunakan.
f.
Bahan-bahan pelajaran melibatkan
interaktif siswa.
g.
Bahan-bahan pelajaran memadukan kata
dan visual dari berbagai sumber
Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput, dan bahannya.
Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput, dan bahannya.
2.4.5 Media Dilihat dari Segi Jenisnya
1. Media
Auditif
Media yang
hanya mengandalkan suara saja seperi radio,kaset recorder, piringan hitam, media
ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
2. Media
Visual
Media yang
hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar
diam seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada
pula yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan
film kartun.
3. Media Audio Visual
Media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media
ini dibagi dalam:
1.
Audio visual murni yaitu baik unsur suara
maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset.
2.
Audio visual tidak murni yaitu unsur
suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai
suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya
berasal dari tape recorder.
2.4.6
Media
Dilihat dari Daya Liputnya
1.
Media dengan daya liput luas dan
serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkaujumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama, seperti radio
dan televisi serta internet
2.
Media dengan daya liput terbatas
oleh ruang dan tempat,
media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap.
media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap.
2.4.7
Media
Dilihat dari Bahan-Bahannya
1.
Media sederhana. Media ini bahan
dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya
tidak sulit.
2.
Media kompleks. Media ini adalah
media yang bahan dasarnya kompleks sulit didapat serta mahal harganya, sulit
membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
2.5 Hubungan
Teori Belajar dengan Media Belajar
Di dalam
dunia pendidikan, dikenal berbagai macam teori belajar diantaranya teori
behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme, teori humanisme, dll yang
sengaja dirancang dan dijadikan sebagai model pembelajaran yang berasal dari
temuan para ahli psikologi dan pendidikan. Para ahli yang mendasarkan teori
belajarnya terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian merumuskan
konsep belajar tersebut yang nantinya bertujuan agar dapat mencerdaskan
manusia. Teori belajar dirancang untuk memepengaruhi perencanaan serta proses
pembelajaran itu sendiri agar dapat digunakan dengan efektif guna membelajarkan
manusia. Setiap teori pembelajaran, mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Sehingga peran seorang Guru dalam menentukan ataupun memadukan
suatu teori pembelajaran dianggap sebagai keharusan yang wajib dilakukan.
Seorang guru
sangat perlu memiliki kemampuan merancang dan menerapkan berbagai strategi
pembelajaran yang tercakup dalam teori pembelajaran yang dianggap cocok dengan
minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di
dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin
efektivitas pembelajaran. Hal tersebut ditujukan agar dalam proses mengajar
terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan
tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan intelektual maupun motoriknya
sehingga siswa dapat bertahan hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh
persaingan, memotivasi siswa agar dapat memecahkan persoalan hidup dalam
masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, serta membentuk siswa yang
memiliki kemampuan inovatif dan kreatif.
Sebagai
masukan bahan perumusan rencana pembelajaran, maka teori belajar menjadi hal
yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam merencanakan sebuah kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini, teori belajar menjadi bahan penentuan tujuan,
metode, isi, situasi, media, serta evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran selanjutnya yang sedang direncanakan. Teori belajar berperan
penting dalam perencanaan pembelajaran. Sebuah teori pembelajaran sebaiknya
juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan
akan kebudayaan masyarakat sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
.
Bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat.
Media
pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi
alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar
ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media
belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar
kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik,
maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan
guru.
3.2 Saran
Diharapkan kepada para
pendidik untuk lebih memperhatikan penggunaan teori belajar serta media yang
cocok dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didk lebih mudah memahami
materi yang disampaikan guna menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi E.U., dan Praja. 1989. Pengantar
Psikologi. Bandung : Angkasa.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana,
Nana. Dr dkk. 2002. Media Pengajaran. Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar