BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang dibutuhkan dirinya, masyarakat bamgsa dan Negara.
Kajian-kajian pendidikan dilakukan oleh beberapa ahli dari
berbagai disiplin ilmu, diantaranya adalah ahli filsafat, ahli agama, ahli
sosiologi,dan lain sebagainya. Inilah yang menyebabkan munculnya ilmu
pengetahuan kependidikan, seperti ilmu filsafat pendidikan, ilmu sosiologi
pendidikan dan lain sebagainya. Mengenai filsafat pendidikan, ini
merupakansuatu cara pandang, tentang bagaimana cara pelaksanaan ataupun
perbaikan proses pendidikan . Baik di tenaga pendidik, peserta didik, sampai
sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan suatu proses pendidikan.
Filsafat pendidikan tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk
meningkatkan dan memperbaiki proses dan mutu pendidikan. Menurut Mohammad Labib
Al-Nijhi sebagaimana yang dikutip oleh Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany,
memahami filsafat pendidikan sebagai aktivitas pikiran yang teratur,
menyelaraskan dan dan memadukan proses pendidikan. Masalah pendidikan tidak
mungkin dianggap remeh begitu saja.Karena maju atau berkembangnya suatu Negara
salah satunya dapat dilihat dari persentase jumlah warga Negara yang
berpendidikan tinggi. Oleh karena itu
ditetapkannya wajib belajar 9 tahun oleh pemerintah pusat dan adanya Bantuan
Oprasional Sekolah. Tentunya hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakan
dapat “menyentuh” pendidikan.Akan tetapi, permasalahannya tidak dapat
diselesaikan begitu saja.Pada kenyataannya masih banyak anak-anak dibawah umur
yang tidak sekolah.Hal tersebutlah yang harus dipikirkan lebih mendalam, agar
tercapai penyelesaiannya.
1.2 Rumusan
Masalah
Berikut adalah rumusan masalah yang timbul dari latar
belakang masalah yang ada:
- Apakah hubungan filsafat dengan pendidikan?
- Bagaimanakah filsafat pendidikan itu?
- Bagaimanakah filsafat pendidikan Indonesia?
1.3
Manfaat dan Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditarik manfaat dan
tujuan penulisan sebagai berikut:
1.
Mengetahui
hubungan filsafat dengan pendidikan.
2.
Mengetahui
filsafat pendidikan.
3.
Mengetahui
filsafat pendidikan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Seorang filosof Amerika John Dewey, yang dikutip kembali oleh Imam
Barnadib, berpendapat bahwa hubungan filsafat dan pendidikan adalah suatu
keharusan dan selanjutnya beliau mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori
umum dari pendidikan, landasan semua pemikiran mengenai pendidikan. Selain itu, filsafat menyelidiki
faktor-faktor realita serta pengalaman
yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.
Hubungan filsafat dan pendidikan tampaknya tidak dapat dipisahkan
lagi, karena kajian filsafat pendidikan harus menoleh kembali pada hakikat
manusia sebagai makhlik ciptaan Tuhan. Pertanyaan yang mengarah pada pemikiran
filsafat pendidikan yang menurun Jacques Maritain dikutip kembali oleh
Jalaluddin, berawal dari, siapakah kita, dimana kita dan kemana kita akan
pergi, dikaji dalam konteks penciptaannya. Ketiga pertanyaan sederhana itu
dihubungkan dengan fungsi dan hakikat manisian sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa filosof pendidikan adalah
seseorang yang menggunakan gaya filsafat dalam bidang pendidikan. Dia juga
memiliki pandangan pendidikan yang jelas dan sejumlah prinsip dan keyakinan
yang mempunyai nilai pelaksanaan dalam vidang pendidikan.Hubungan yang erat
antara filosof umum dengan filisof pendidikan adalah pada hubungan yang erat
antara filsafat umum dan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah
adalah poelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pendidikan. Filsafat tersebut mencerminkan pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam menyelesaikan masalah
pendidikan secara praktis.
Menurut Asy-Syaibani, batasan-batasan hubungan antara filsafat
umum dan filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
·
Filsafat
pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam
bidang pengalaman kemanusiaan yang
disebut dengan pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang
teratur dan menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan
dan memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan itu dapat menjelaskan
nilai-nilai lain yang diusahakan untuk mencapainya. Maka filsafat, filsafat
pendidikan dan pengalaman manusia adalah tiga unsure yang bersatu padu.
·
Batasan
filsafat dengan pendidikan, bahwasannya pendidikan adalah aktivitas yanbg
dilakukan oleh pendidik dan filosof-filosof untuk menerangkan, menyelaraskan,
dan mengubah proses pendidikan selaras dengan masalah-masalah kebudayaan.
Dengan batasan tersebut meberikan gambaran bahwa dengan
mempelajari filsafat pendidika, kita percaya bahwa kajian tersebutsangat
penting untuk mengembangkan pandangan kita terhadap proses pendidikan.
Disamping itu, penting untuk dapat memperbaiki keadaan pendidikan,
persoalanpendidikan yang meliputi penilaian, metode, materi dan lain sebagainya.
Maka filsafat pendidikan yang baik, hendaknya member pedoman
kepada perancang-perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Menghubungkan usaha-usaha pendidikan mereka dengan filsafat
umum untuk menyelesaikan dengan cepat dan tepat akan masalah-masalah
pendidikan.
2.2 Filsafat
Pendidikan
2.2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
2.2.2 Subjek dan Objek Filsafat
Pendidikan
Subjek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berfikir
atau memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang bagaimana
memperbaiki pendidikan. Sedangkan, objek filsafat dapat dibagi menjadi 2, yakni
:
- Objek material, yaitu segala sesuatu yang realita, ada yang harus ada, dan yang tidak harus ada.
- Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsip, oleh karena itu mengkonstatiskan prinsip-prinsip kebenaran dan tidak kebenaran.
2.2.3 Aliran-aliran filsafat
pendidikan
Berikut adalah aliran-aliran filsafat pendidikan menurut
tulisan Imam Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan:
- Aliran Progresif
Secara umum progresif berpijak pada
aliran pragmatis, yaitu aliran filsafat yang berpandang bahwa kebenaran segala
sesuatu ada pada kegunaan praktisnya. Atas dasar pandangan pokoknya sebagaimana
diatas, pragmatis memandang bahwa:
-
Realita bukanlah semesta atau ide yang bersifat abstrak,
umum, tetap, melainkan merupakan sesuatu yang berupa proses , bukan tetap.
-
Hakikat sesuatu dipandang dari kegunaannya.
-
Tidak ada pengetahuan yang tetap, tetapi selalu berubah.
-
Manusia adalah penentu pengembeng pengetahuan itu.
Pandangan progresif tentang beberapa
hal terkait pendidikan:
-
Pendidikan harus membawa kemajuan, tidak konservatif dan
tidak otoriter.
-
Pendidikan harus memperhatikan kemampuan-kemampuan dasar
manusia yang merupakan motor penggerak bagi kemajuan dirinya.
-
Ada ilmu-ilmu yang potensial untuk membantu p[emikiran dan
praktik pendidikan, yaitu antropologi, biologi, psikologi dan ilmu alam.
-
Realita yang berupa ide dapat digunakan untuk kemajuaan.
-
Dalam mencari ilmu pengetahuan lebih menekankan pada pendekatan induktif,
rasional dan empirik.
-
Sesuai dengan filsafatnya yang empiric, progresivisme
memandang nilaiatau norma bukan sebagai ide murni dan harus diuji secara
empiric, yaitu dicocokkan dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
-
Pandangannya tentang belajar progresivisme berpendapat bahwa
peserta didik memiliki potensi yang berupa akal dan kecerdasan yang dapat
digunakan untuk menghadapi lingkungannya dalam bentuk memecahkan berbagai
masalah. Konsekuensinya tidak ada pemisahan antara sekolah dan masyarakat.
Sekolah juga harus mengembengkan kreativitas peserta didik.
-
Pandangaan progresivisme tentang kurikulum adalah bahwa
kurukulum harus fleksibel, tidak bersifat universal, harus sesuai dengan
kebutuhan setiap anak, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan
setempat. Kuriikulum harus dapat mengembangkan intelek, emosi, motorik,dan
social peserta didik secara utuh.
- Aliran Esensialisme
Berbeda dengan aliran progresivisme
yang berpendapat bahwa tidak ada yang sifatnya universal bahwa disamping adanya
perubahan juga ada yang sifatnya abadi, tetap sepanjang zaman, yaitu berupa
esensinya sesuatu intinya sesuatu, hakikat sesuatu yang tidak berubah. Pendapat
esensialisme tentang beberapa hal mengenai pendidikan :
-
Tentang apa yang harus diajarkan kepada peserta didik
disamping adanya hal-hal yang berubah sesuai dengan tuntutan zaman, ada materi
pelajaran yang sifatnya tetap, ada pada setiap zaman. Tentang materi apa yang
sifatnya tetap tersebut, misalnya bahasa, moral, matematika, ilmu pengetahuan
alam dan sebagainya. Hal-hal yang esensi tersebut ada meskipun wujud riilnya
berbeda-beda.
-
Pendidikan harus menemukan hal-hal yang merupakanesensi
tersebut.
-
Kurikulum tidak perlu terlalu banyak menyajikan pengetahuan
atau pengalaman. Cukup diberikan yang esensi, yang merupakan inti dari berbagai
pengetahuan atau pengalaman, dan selanjutnya peserta didik harus mengembangkan
dirinya.
- Aliran Perenialisme
Perenialisme adalah suatu pandangan
bahwa dalam zaman yang selalu berubah tetap ada “benang merah” yang menghubungkan
zaman yang satu dengan zaman yang lain, atau antara wilayah yang satu dengan
wilayah yang lain pada zaman yang sama. Pandangan umum perenialisme dintaranya
yaitu :
-
Kehidupan manusia dewasa ini dengan penuh kekacauan, baik
dalm hal moral,social, maupun intelektual. Hal ini akibat tidak adanya
kepastian tidak ada yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk menghadapi dunia
yang justru selalu berubah. Dengan demikian, aliran ini juga mengakui adanya
perubahan, tetapi menghendaki agar dalam perubahan tersebut manusia memiliki
pegamgan yang kuat, sehingga tidak terombang-ambing oleh kondisi dan tuntutan
lingkunan.
-
Aliran perenialisme menempuh pendekatan regresif, yaitu
mencari pegangan dari masa lalu, yaiti apa yang telah menjadi pegangan hidup
bagi orang-orang terdahulu yang sampai sekarang masih juga berfungsi sebagai
pegangan hidup. Yang dimaksud masa lalu ini adalah masa lalunya masyarakat
Eropa, yaitu masa kebesaran para filosof
terkenal pada zaman sebelum Masehi dan masyarakat Eropa zaman pertengahan
atau zaman berkembangnya agama-agama besar.
-
Ada dua macam pegangan yang diperlukan manusia sejak dulu
hingga sekarang, yaitu kepercayaan yang bersumber dari Tuhan dan kepercayaan
hasil rasio.
-
Pandangan perenialisme tentang kebenaran adalah bahwa kebenaran
merupakan paduan antara kebenaran hasil fikiran kebenaran yang melekat pada
objek, dan keyakinan adanya kesesuian antara hasil berpikir dan kondisi objek.
-
Kebenaran berpikir diperoleh dengan menggunakan hokum-hukum
logika.
-
Pandangan perenialisme tentang nilai atau norma sesuai
dengan orientasinya pada abad pertengahan, yaitu:
1. Memandang norma adalah persoalan
kejiwaan.
2. Dasar nilai bersifat teologis dan
ukuran baik buruk dari Tuhan.
-
Pandangan perenialisme yang menyangkut pendidikan:
a. Tentang kurikulum, perenialisme
berpendapat:
1. Kurikulum merupakan alat untuk
mengembamhkan akal dan moral.
2. Kurikulum harum meliputi pengalaman langsung
maupun tidak langsung.
b. Tentang belajar, pandangan perenialisme adalah
:
1. Titik tolak belajar adalah bahwa manisia adalah makhluk rasionalis.
Titik tolak kemampuan manusia adalah kemampuan berfikir.
2. Dari berfikir berkembanglah
kebebasan, ketrampilan, bahasa dan sebagainya.
3. Belajar adalah persoalan latihan dan
disiplin mental. Yang penting adalah pengembengan kemampuan dasar, sedang
materi ajar hanyalah alat untuk mengembangkan kemampuan dasar. Kalau kemampuan
dasarnya tersebut sudah berkembang dengan sendirinya menusia akan dapat
menghadapi dan memecahkan segala masalah yang sedang dihadapi.
4. Ada belajar yang terjadi dalam bentuk
pengajaran dan ada belajar belajar yang berupapenemuan sendiri oleh peserta
didik.
2.2.4 Manfaat Filsafat Pendidikan
Manfaat filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany adalah
sebagai berikut:
- Filsafat pendidikan dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang membutuhkannya untuk membentuk pikiran sehat terhadap proses pendidikan. Disamping itu dapat menolong terhadap tujuan dan fungsi serta meningkatkan mutu pendidikan serta memperbaiki pelaksanaan pendidikan yang meliputi penilaian, bimbingan dan penyuluhan.
- Filsafat pendidikan dapat membentuk asas secara untuk menentukan pandangan kajian yang umum, termasuk kurikulm, kaidah-kaidah pengajaran dan kebijaksanaan yang harus dibuat.
- Filsafat pendidika dianggap sebagai asas atau dasar yang terbaik untuk pernilaian pendidikan secara menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha adan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, perguruan tinggi secara umum untuk mendidik warga negara dan segala yang berhubungan dengan pendidikan.
- Filsafat pendidikan memberikan corak dan pribadi yang khas dan istimewa sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama, dan nilai umat islam. disamping member corzk kebudayaan, social, perekonomian, social dan politik untuk tuntunan masa depan.
2.3 Filsafat Pendidikan Indonesia
2.3.1
Terminology Filsafat Pendidikan dalam Pemikiran dan Praktik
Pendidikan di Indonesia
Keadaan
formal filsafat pendidikan din Indonesia kenyataanya belum pernah ada meskipun
dalam penetapan kebijakan-kebijakan pendidikan
hal tersebut sudah terkandung secara inklusif. Dalam sistem pendidikan
di Indonesia sudah tampak adanya dasar pemikiran filosofis, yaitu dalam bentuk
pilihan-pilihan yang paling baik yang dipakai sebagai dasar pertimbangan
penetapan tujuan, materi metode, alat, manajemen, dan sebagainya yang merupakan
kompenen-kompenen sistem pendidikan. Namun, didalam memilih konsep-konsep
terbaik tersebut tidak secara jelas menggunakan terminology filsafat ataupn
filsafat pendidikan secara baku dan yang dipakai oleh banyak Negara di dunia.
Pendidikan
di Indonesia tiadak secara eksplisit memilih cabang filsafat mana dan alairan
fisafat mana yang dipakai dalan menetapkan kebijakan atau membuat aturan
pelaksanaan. Memang hal ini tampaknya tidak menimbulkan masalah dalam praktik,
akan tetapi dengan tidak digunakannya dasar filosofis ini kebijakan dan
keputusan yang diambil para pemangku
kewenangan sangat mungkin berubah-ubah tanpa dapat dipertanggungjawabkan.
2.3.2
Pancasila sebagai Landasan Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Satu-satunya
pegangan yang dapat dikategorikan sebagai dasar filosofis Pendidikan di
Indonesia adalah Pancasila. Pancasila diakui sebagai filsafat bangsa Indonesia
yang berkembang mulai zaman purba sampai sekarang dan diharapka sampai
masa-masa selanjutnya.Bahwa Pancasila dapat dipandang sebagai landasan
filosofis bagi pemikiran dan praktik pendidikan di Indonesia dapat dipahami
atas dasar hakikat Pancasila. Hakikat Pancasila yang mendukung dipakainya
sebagai dasar filsafat pendidikn adalah:
- Pancasila diakui sebagai filsafat bangsa dan dasar negar.
- Pancasila telah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan bangsa.
- Hakikat Pancasila baik dalam keseluruhannya maupun sila demi sila telah diberikan rumusan yang jelas.
- Hakikat Pancasila di posisikan sebagai hal yang universal.
- Hakikat Pancasila dapat mencakup ide-ide pokok berbagai filsafat yang ada.
2.3.3
Pancasila sebagai Dasar Filsafat Pendidikan Indonesia
Meskipun
tidak secara eksplisit Pancasila ditetapkan sebagai filsafat pendidikan di
Indonesia, namun dalam kenyataanya Pancasila telah ditetapkan sebagai landasan
berfikir pendidikan baik dalam bentuk UU maupun dalm praktik
penyelenggaraannya. Pancasila sudah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan di
Indonesia.Model dan kerangka berpikir perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
di Indonesia mengacu pada hakikat Pancasila, baik sebagai filsafat bangsa
maupun sebagai dasar Negara. Salah satu bidang
pembangunan yang menggunakan
paradigm pembangunan adalah pembangunan bangsa dan pembentukan karakter bangsa.
Dari sinilah dapat dipahami bahwa Pancasila menjadi acuan dasar pemikiran dan
pelaksanaan pendidikan. Hal ini telah diterapkan dalam penetapan hokum yang
mengeenai pendidikan.
2.3.4
Beberapa Kebijakan Pendidikan Terkait Pandangan Filosofisnya
Sudah
banyak kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan yang didasarkan
pada sudut pandang filosofis secara universal. Kebijakan pemerintah tersebut
diantaranya yaitu:
- Indonesia telah memilih pola pendidikan seumur hidup karena pada prinsipnya manusia dipandang sebagai makluk hidup yang tumbuh dan berkembang mulai lahir sampai mati. Ajaran Pancasila memandang manusia tidak hanya un tuk kehidupan di dunia, tetapi juga kehidupan di akhirat. Begitu pula pendidikan tidak hanya untuk anak, namun untuk orang dewasa juga.
- Indonesia juga telah melaksanakan “pendidikan untuk semua”. Hal ini didasarkan pandangan bahwa, pendidikan merupaka hak setiap manusia dan ini sesuai dengan Pancasila.
Dalam
system pendidikan nasional Indonesia dikenal istilah Kurikulum Inti.Konsep ini
mirip ajaran filsafat pendidikan esensialisme, yang menghendaki adanya mata
pelajaran yangtidak terlalu banyak cukup yang pokok-pokok saja.
Dalam jangka waktu
tertentu diadakan peninjauan kurikulum.Hal ini pendidikan Indonesia juga bisa
menerima aliran filsafat pendidikan progresif yang menghendaki tidak adanya
kurikulum yang abadi. Namun peninjauan kembali tesebut pada prinsipnya juga
tidak terlalu sering dilakukan, yang terjadi hanyalah perubahan nama
kurikulumnya saja.
Dalam
pendidikan karakter orientasinya pada jiawa proklamasi, memandang semangat
proklamasi sebagai nilai karakter yang
luhur. Hal ini sangat mirip dengan aliran filsafat perenialisme. Konsep multi
cultural yang dikembangkan di Indonesia juga merupakan konsep global yang
sesuai dengan konsep Pancasila .konsep pendidikan bermakna juga dikembangkan
atas dasr filosofi global sesuai dengan hakikat Pancasila.
Dengan
demikian dengan dengan ditetapkannya Pancasila sebagai dasar pendidikan secara
rasional dan empiric pendidikan Indonesia sudah memiliki landasan filosofis
yang dapat dipertanggung jawabkan.
2.3.5
Pemikiran Filsafat Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara
- Filsafat Pendidikan dalam Metode Pembelajaran Sistem Among
Metode pembelajaran yang
khas beliau itu digali dari mutiara-mutiara kebudayaan Indonesia, khususnya
dalam kebudayaan Jawa. Metode pembelajaran itu disebut dengan istilah metode
pembelajaran sistem among (Saifulloh,1985). Dalam pembelajaran sistem pamong,
para guru diharuskan untuk mampu mengembangkan anak dalam proses pendidikan
berdasarkan pada interaksi dinamis antara perkembangan natural yang ada dalam
diri siswa yang tidak mengabaikan begitu saja kondisi atau keadaan lingkungan
sosial dan fisik siswa. Kebijakan filosofis kependidikan yang sangat
memperhatikan perkembangan natural atau perkembangan alamiah siswa itu memiliki
implikasi dalam praktek-praktek pengajaran yang seharusnya dilakukan oleh
seorang guru yang bertindak sebagai seorang pamong. Pamong dipadankan dengan
istilah fasilitator atau pengarah dalam proses pembelajaran yang memperhatikan
perkembangan alamiah siswa. Fungsi pamong bersifat pembinaan kepengasuhan, guru
disarankan untuk menghindari pemberian perintah dan paksaan berdasarkan
instrumen hukuman. Dalam konteks ini hukuman hanya diberikan pada
situasi-situasi yang bersifat darurat. Hukuman yang diberikan seorang guru
harus bersifat edukatif mengingat fungsi guru sebagai seorang pamong dalam
sistem pendidikan among (Saifulloh, 1985).
Selain proses pendidikan
pembelajaran yang sangat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan siswa, Ki
Hadjar Dewantara juga menjelaskan bahwa guru juga disarankan untuk
memperhatikan lingkungan sosial kemasyarakatan dan lingkungan fisiknya. Ini
berarti bahwa aspek pertumbuhan dan perkembangan yang berasal dalam diri anak
dan lingkungan (fisik maupun sosial) seharusnya mendapat proporsi yang
berimbang dalam proses pembelajaran sistem among. Sistem among Ki Hadjar
Dewantara ini dapat digambarkan dalam semboyan filsafat kependidikan beliau
yang sangat terkenal. Semboyan itu adalah sebagai berikut:
-
Ing ngarso asung tulodo: di depan memberi dorongan
-
Ing madya ambangun Karso: di tengah membangun kesempatan untuk berkarya
-
Tut Wuri Handayani:
dari belakang memberikan dorongan dan arahan.
- Konsep Tri Pusat Pendidikan
Ki Hadjar mengembangkan
kerjasama di antara pranata-pranata kebudayaan disekeliling kita, antara
pranata keluarga, pranata sekolah, dan pranata masyarakat. Untuk mencapai
tujuan itu oleh Ki Hadjar Dewantara disebut dengan konsep tripusat pendidikan.
Konsisten nilai yang diajarkan di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat merupakan suatu keharusan, sehingga perkembangan
alamiah seorang anak untuk mencapai tujuan pendidikan manusia seutuhnya menjadi
paripurna. Pendidikan yang bersifat khusus kemudian diwujudkan oleh Ki Hadjar
Dewantara. Dalam lingkungan pendidikan padepokan atau asrama, proses pendidikan
menggambarkan suatu substansi yang menggambarkan roh kerja sama sistem
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Praktek kepengasuhan yang
dilaksanakan dalam proses pendidikan pondok pesantren dilaksanakan dalam waktu
dua puluh empat jam. Pendidikan dua puluh empat jam itu mungkin terjadi karena
dalam pondok pesantren maupun dalam Perguruan Taman Siswa para pengasuh, guru
sebagai pamong, dan siswa hidup bersama dalam sebuah lingkungan pendidikan.
Dalam hal ini secara khusus para siswa dalam lembaga pendidikan Perguruan Taman
Siswa tinggal dalam kompleks asrama.
Wujud konkret sistem
pendidikan dalam lingkungan padepokan telah di kembangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara ke dalam suatu lembaga pendidikan yang bersifat dan berorientasi pada
nasionalitas Indonesia. Lembaga pendidikan ini dikenal dalam sejarah pendidikan
si tanah air sebagai lembaga Perguruan Taman Siswa yang berpusat di kota
Yogyakarta. Lembaga pendidikan Perguruan Taman Siswa mengelola pendidikan taman
kanak-kanak sampai dengan pendidikan perguruan tinggi. Lembaga pendidikan ini
pada masa pergerakan menuju Indonesia merdeka memiliki kontribusi yang sangat
penting dalam melahirkan para pejuang kemerdekaan.
Dalam perkembangan terakhir
di sekitar tahun 1990an didirikan sebuah sekolah menengah di kota Magelang yang
berusaha menggabungkan prinsip-prinsip pendidikan Perguruan Taman Siswa dengan
disiplin militer. Sekolah ini merupakan sekolah yang dibina oleh Departemen
Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia. Fasilitas yang ada di sekolah ini
sangat lengkap, sehingga segenap kebutuhan siswa dapat dipenuhi secara
maksimal. Sampai saat ini sekolah ini, yaitu Sekolah Menengah Umum (SMU) Taruna
Nusantara Magelang, telah berhasil meluluskan lulusan yang berkualitas.
- Keluarga sebagai Wadah Pendidikan Alamiah
Dalam konsep pendidikan
secara umum, Ki Hadjar Dewantara memiliki pandangan bahwa institusi keluarga
merupakan wadah atau tempat pendidikan pertama bagi seorang anak. Dalam konteks
sosialisasi sebagai pewarisan nilai dari generasi tua kepada generasi muda,
keluarga merupakan saluran sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang
anak. Dalam proses pendidikan pada keluarga, orang tua memiliki kewajiban untuk
mengarahkan perkembangan anak sesuai dengan perkembangan alamiahnya. Dalam
konteks pendidikan dalam keluarga, orang tua melaksanakan tugas-tugas
pengasuhan anak sebagai seorang pendidik berdasar pada prinsip-prinsip cinta
kasih, tanpa pamrih, dan keberanian moril. Dalam hal ini prinsip-prinsip
kekeluargaan itu juga diterapkan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam melaksanakan
proses pendidikan di Perguruan Taman Siswa (Saifulloh, 1982). Dalam lingkungan
pendidikan sekolah yang berasrama seperti pada Perguruan Taman Siswa, para guru
sebagai pengasuh berupaya untuk berinteraksi dengan anak didik layaknya seperti
orang tua. Prinsip-prinsip etika kependidikan sebagai pendidik yang
memperhatikan konsep di depan memberi teladan, di tengah membangun kesempatan
untuk berkarya, dan dari belakang memberikan dorongan dan arahan, menjadi
pengarah dalam kehidupan kekeluargaan dalam lingkungan pendidikan semacam itu.
Dalam konteks ini, anak
didik dapat melaksanakan hidup sosial kekeluargaan bersama sesama teman dan
bersama para pendidik (guru atau pamong) sebagai satu kesatuan keluarga. Dalam
proses pendidikan semacam ini, etika kependidikan, di depan memberi teladan, di
tengah membangun kesempatan untuk berkarya, dan dari belakang memberikan
dorongan dan arahan, akan dipahami dengan baik oleh anak didik dan kemudian
mereka pun berusaha menerapkan prinsip etika kependidikan ini di dalam
lingkungan kependidikan dan dalam masyarakat di luar lembaga pendidikan. Prinsip
etika kependidikan kekeluargaan merupakan gambaran pengaruh tradisi
kekeluargaan atau tradisi gotong-royong yang telah lama dalam kebudayaan
nusantara pada masa yang lalu. Dalam konteks sosiologis, tradisi kekeluargaan
atau tradisi gotong-royong, menggambarkan masyarakat patembayan. Tradisi
kekeluargaan ini memberikan inspirasi yang kuat kepada Ki Hadjar Dewantara untuk
membangun suatu lembaga pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai instrumen melawan gelombang pengaruh budaya barat yang dibawa
oleh gerakan Kolonialisme Belanda pada saat itu. Prinsip etika kependidikan
kekeluargaan terbukti cukup berhasil memberikan kontribusi bagi pejuang
kemerdekaan Indonesia karena menghasilkan tokoh-tokoh pemimpin kemerdekaan
memiliki jiwa gotong-royong dan jiwa kekeluargaan melaksanakan tugas-tugas
pergerakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hubungan filsafat dan pendidikan tampaknya tidak dapat
dipisahkan lagi, karena kajian filsafat pendidikan harus menoleh kembali pada
hakikat manusia sebagai makhlik ciptaan Tuhan.Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Subjek
filsafat pendidikan adalah seseorang yang berfikir atau memikirkan hakikat
sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan .
Objek filsafat dapat dibagi menjadi 2, yaitu objek material dan objek folmal. Aliran-aliran filsafat pendidikan menurut
tulisan Imam Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan ada 3, yaitu aliran
progresif, aliran esensialisme, dan aliran perenialisme.
Sedangkan dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila. Pancasila
sudah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan di Indonesia. Model dan kerangka
berpikir perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia mengacu pada
hakikat Pancasila, baik sebagai filsafat bangsa maupun sebagai dasar negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://tutorq.blogspot.co.id/2011/12/pancasila-sebagai-dasar-filsafat.html
thank you
BalasHapus